Ajang Perayaan Ultah Dewa Datuk, Bernuansa Agama dan Budaya

Penulis : Redaksi

Berantas.co.id, Jakarta- Masyarakat Tionghoa yang beragama Taoisme juga mempunyai tradisi untuk menghormati nenek moyang mereka. Salah satu tradisi penghormatan itu adalah Sembahyang Datuk dalam perayaan ulang tahun Dewa Datuk yang ke 240 Tahun. Ritus ini masih rutin dilakukan oleh orang-orang yang beraliran Taoisme yang ada di Indonesia.

“Ini adalah suatu bentuk inkulturasi budaya dalam dimensi spiritualitas pada masyarakat Tionghoa,” kata suhu Toni, di Vihara Dewa Datuk, Jl. Sunter Muara Bahari 1, Jakarta Utara, Sabtu (16/03/19).

Itulah sebabnya pada sebagian rumah orang Tionghoa sering kita lihat ada rumah kecil yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan sembahyang. Rumah itulah yang disebut dengan Rumah Datuk.

“Kita ini tujuh bersaudara tetapi disini hanya tiga yaitu suhu Toni, suhu Jansen dan suhu Tono, jadi kami bertiga kompak untuk menyelamatkan dan mensejahterakan kampung ini,” pungkas Toni.

Jansen juga menjelaskan, dalam perayaan ulang tahun ini sudah turun menurun dan menjaga budaya dari leluhur. Ini adalah tempat ibadah namun kita kolaborasi dengan kebudayaan seperti tarian dayak, musik dayak dan lainnya.

Ia juga menegaskan, kalau dalam perayaan ini terdapat ibadah seperti bakar dupa, menyan dan berdoa. Dan ini juga murni adat kebudayaan dari agama tao. Sama halnya seperti perayaan Cap Go Meh adalah rangkaian keagamaan dan kebudayaan.

Comments

comments