Aliansi Pecinta Haromain Kecam Internasionalisasi Dua Tanah Suci

Penulis : Halim 

Berantas.co.id – Jakarta – Dunia saat ini diguncangkan oleh propaganda Internasionalisasi dua Tanah Suci yakni Makkah dan Madinah. Propaganda Internasionalisasi Makkah dan Madinah ini bukanlah hal yang baru. Pada dekade 80-an propaganda pernah dipopulerkan oleh pemimpin spiritual tertinggi Syi’ah sekaligus pemimpin Revolusi Iran yaitu Khomeini.

Pada saat itu, Khomeini meminta agar pengelolaan dua Kota Suci umat Islam itu dikelola oleh Komite Islam Internasional dan tidak lagi dibawah Kerajaan Saudi Arabia. Tidak dapat dipungkiri, Iran sangat berkepentingan untuk mensukseskan ide internasionalisasi Makkah dan Madinah. Iran memiliki tujuan geopolitik dalam rangka ekspansi ideologi dan memperluas penguasaan territorial (lebensraum). Penguasaan lebensraum sangat berharga bagi Iran, untuk mengupayakan hegemoni di Timur Tengah dan pada akhirnya di seluruh penjuru dunia.

Dengan adanya isu tersebut ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Pecinta Haromain menggeruduk Kedutaan Besar (Kedubes) Iran, di Menteng, Jakarta Pusat,Senin (19/02/18).

Drs. K.H. Hasri Harahap selaku Ketua Umum Aliansi Pecinta Haromain menyampaikan, kami datang ke Kedutaan Besar Iran untuk menyuarakan ke dunia Internasional tentang penolakan Internasionalisasi pelaksanaan Haji dan Umrah. Sebab dari jaman Rasulullah SAW sejak 1438 H yang lalu Rasulullah telah mengurus pelaksanaan Haji, begitu juga disambung dengan raja-raja berikutnya sampai ke bangsa Hud, yang sekarang dilanjutkan oleh Raja Salman sebagai Khadimul Haromain, sebagai penjaga dua tanah suci Makkah.

Dalam pengamatan kita, sambung Ust. Hasri, “sebagai umat Islam Indonesia yang terbesar didunia setiap tahunnya mengirimkan jamaah Haji tidak kurang dari 200 ribu jamaah dan telah merasakan pengurusan itu sangat baik, yang diurus oleh Khadimul Haromain yakni Raja Salman sekarang dengan aparat pemerintahan kerajaan Arab Saudi disana,” jelasnya.

Jadi secara umum kita menyuarakan bahwa kita sudah melakukan hubungan kepada sekalian ulama-ulama di Jakarta khususnya yang merupakan Ibu Kota Indonesia sebagai negara terbesar, bahwa kita menolak campur tangan negara-negara lain khususnya Iran begitu juga dengan Qatar yang baru-baru ini menyuarakan Internasionalisasi kepengurusan Haji.

Insyaallah keberkahan demi keberkahan yang telah dilaksanakan Rasulullah Muhammad SAW sampai sekarang dilaksanakan oleh Raja Salman sebagai khadimul Haramain dalam melayani tamu-tamu Allah. Dan untuk tahun-tahun kemudian InsyaAllah dalam keadaan baik.

sebenarnya, sambung Ust. Hasri, “hal tersebut sudah terjadi Internasionalisasi Haji itu setiap tahun, contoh kasus Indonesia mengirim 250 ribu jamaah Haji, yang mengurus masakan disana itu orang madura, dari Jawa Barat, Cianjur, Ciamis dan lainnya. Setiap tahun ada Visa Amil Musim, yakni Visa pekerja musim, itu disebar diseluruh dunia muslim,” papar Ketua Aliansi Pecinta Haromain.

Artinya sudah ada kerjasama antara Saudi Arabia dengan negara-negara Islam lainnya. Yang dituntut ini adalah supaya ada pergiliran pada tahun ini supaya Saudi yang mengatur urusan Haji, tahun depan Indonesia, tahun depan Iran, itu yang kita tolak. Sampai saat ini kepengurusan ibadah Haji yang dilaksanakan oleh Saudi Arabia sudah bagus dan sudah berhasil dengan baik.

Ditempat yang sama, Ir. Arief Ikhsan selaku Wakil Koordinator Lapangan menyampaikan pernyataan sikap diantaranya ; 1. Internasionalisasi penyelenggaraan Haji dan urusan dua tanah suci Makkah dan Madinah akan menimbulkan problema besar dan persengketaan serta perselisihan yang sangat berbahaya, juga dapat memicu situasi chaos dalam pelaksanaan Ibadah Haji. Bahkan dapat menjadi ancaman bagi stabilitas dua tanah suci dan wilayah sekitarnya.
[19/2 18.21] Halim Tersenyum: 2. Pemerintah Saudi Arabia telah memberikan perhatian yang sangat besar dalam penyelenggaraan Ibadah Haji serta urusan dua tanah suci. Hal ini terbukti dengan pembangunan dan renovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi serta perluasan keduanya berlipat-lipat ganda. Serta pembangunan jalan dan sarana-prasarana yang sangat berkualitas demi kemudahan pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah, hal ini merupakan proyek yang berlangsung terus menerus serta menjadi semakin baik dari waktu ke waktu.
3. Berdasarkan apa yang tersebut diatas, maka tidak ada hajat dan alasan untuk Internasionalisasi penyelenggaraan Ibadah Haji dan urusan dua tanah suci Makkah dan Madinah.
4. Oleh karena itu Indonesia yang diwakili oleh para ulama dan tokoh-tokohnya, serta bangsa Indonesia secara umum menolak upaya untuk Internasionalisasi penyelenggaraan Ibadah Haji dan urusan dua tanah suci Makkah dan Madinah dari pihak atau negara manapun juga.

Ia juga menyesalkan atas itikad Kedubes Iran yang tidak diterima untuk audiensi, “kami padahal sudah mendatangi dengan berunjuk rasa, namun pihak Kedubes menolak untuk audiensi,” ujarnya.

Comments

comments