Hikmah Kunjugan Tim Dayak Kulawarga Borneo Ke NTT

Penulis: Ryan

Editor: Redaksi

 

 

Berantas.co.id, Perwakilan dari Kalimantan Dayak Kulawarga Borneo yang diutus ke NTT Khairuni, Junaidi, Indrianti Firmansyah Biro Peliputan & Dokumentasi dari DKB Kabupaten Tapin , BPK An-Nur dan Keluarga besar Boraq tapin dalam rangka mengemban visi kemanusiaan menyalurkan di NTT kini sudah kembali ke Kalimantan Selatan dan langsung melaporkan berbagai kegian kepada H.Nurdin selaku penasihat DKB

Dalam kunjungan Tim DKB selama di NTT membaur dengan masyarakat korban bencana alam untuk saling tukar pengalaman dan kebudayaan antara dua suku yang berbeda dan menurut tim DKB masyarakat NTT sangat ramah dan sangat solidaritas ketika menerima kunjungan dari Tim DKB Kalimantan Selatan bahkan tokoh masyarakat NTT timur sangat gembira menerima kunjungan dari Dayak Keluarga Borneo
BPK An-Nur dan Keluarga besar Boraq Tapin.

Selama di NTT tim solidaritas kemanusiaan dari Kal -Sel tinggal di tempat di rumah keturunan Raja Preliu Sumba timur di koordinir oleh
Advokat Paulus Maramba Meha, SH dan isterinya Yulia Magdalena Sihombing keturunan raja Prailiu Sumba timur NTT

Sebagai laporan kepada Ketua DKB (Salam, SH. MH) dan H. Nurdin selaku Dewan penasihat DKB, Tim menerangkan bahwa pembagian logistik dan bahan material bangunan dibagikan kepada desa Laimandar Kec. Umalulu sedangkan pompa air diserahkan kepada Greja Reformasi dan Greja Maumaruru dan atap seng diserahkan untuk rumah adat.

Tim juga menerangkan kepada Ketua dan pengurus DKB Kal-Sel bahwa Kampung Raja Prailiu adalah desa yang sangat asri dan terkenal akan kekhasan bangunan rumah, tradisi unik dan kerajinan kain yang terletak di Kota Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Keunikan desa adat ini ditandai dengan masih adanya rumah adat yang diistilahkan sebagai Uma Mbatang atau Uma Hori. Keberadaan rumah tinggi ini masih berkaitan dengan kepercayaan penduduk. Rumah tradisional tersebut berstruktur tinggi dengan atap dari daun. Rumah-rumah ini terdiri dari tiga bagian, yang menyimbolkan bagian bawah tanah sebagai rumah orang mati, bagian tengah sebagai rumah untuk hidup, dan atap sebagai rumah para Dewa.

Prailiu merupakan salah satu kerajaan yang ada di Pulau Sumba dan masih eksis. Hanya setelah Umbu Djaka yang merupakan raja terakhir wafat pada 2008, belum ada pengangkatan raja baru. Jejak-jejak kerajaan ini yang menarik untuk disimak wisatawan. Setidaknya ada 3 hal yang menarik di kampung ini.

1. Rumah Adat
Di kampung ini, huniannya masih berupa rumah adat dengan atap berbentuk limas dari material alami. Dikenal sebagai uma mbatang atau uma hori. Bila mampir ke rumah adat milik Raja Prailiu, sejumlah benda lawas masih disimpan dan menarik disimak.

2. Kubur Batu Mega
Raja Tamu Umbu Djaka meninggal pada 2008 tapi baru dikuburkan setahun kemudian karena pemakamannya memerlukan dana besar. Makamnya berupa kubur batu dengan berat 40 ton.

Kurban berupa babi, hewan dan sebagainya bahkan juga 100 lembar kain tentu sumbangan warga juga ikut dimasukkan dalam kubur batu. Kubur batu Raja Prailiu pun berhias rusa, kuda, buaya dan penyu. Lebih megah dibandingkan kubur batu lainnya.

3. Kain tenun
Dulu, masyarakat Prailiu penganut Marapu, kepercayaan dan memuja roh leluhur. Banyak benda yang dikeramatkan oleh masyarakat Marapu sebagai media penghubung dengan leluhur. Meski sudah menganut agama lain, adat istiadat tetap tidak ditinggalkan, terutama pembuatan tenun ikat ini.

Dalam tradisi Marapu, selembar kain tenun ikat berguna dalam prosesi perkawinan sebagai mahar dan juga kematian. Kain-kain ini juga dikenakan saat upacara spiritual. Benang menggunakan warna alami, seperti warna biru dari daun nila, dan merah dari esktrak akar mengkudu.

Kain tenun Praiilu kebanyakan menggunakan benang merah, hitam, kuning dan biru. Tentunya, kreasi ini bisa menjadi buah tangan khas Prailiu, Sumba Timur.

Tim DKB mengatakan bahwa ada hikmahnya berkunjung ke NTT disamping menjalin siraturahmi dan juga dapat mengetahui berbagai adat kebudayaan NTT dan Tim juga sangat berterima kasih atas dukungan dan donasi dari H.Nurdin kepada Tim Kemanusiaan yang berangkat ke NTT , Ujar Ketua Dayak Kulawarga Borneo (DKB) Kal-Sel kepada Media Nasional Rabu 21 April 2021
(H.Dudung A.Sani,SH.& Dr.Dewi Seno)

Comments

comments