Majelis Pers “Pers Nasional dipersimpangan,Antara idelisme dan Praghmatisme yang sulit terelakan”

Penulis : redaksi

Berantas.co.id, Jakarta – Pers Indonesia mendorong terwujudnya Indonesia cerdas, adil dan bermartabat yang mengedepankan keterbukaan informasi publik.karna Pers adalah Hak asasi manusia yang dilindungi PANCASILA dan UUD 1945,sebagai sarana masyarakat untunk memperoleh informasi dan berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan hakiki didalam meningkatkan kwalitas kehidupan manusia.

Namun ahir ahir ini Pers tidak cukup awas dan waras untuk menjadi moderator akal sehat didalam kontestasi dan debat politik,rakyat butuh jurnalis publik, bukan jurnalis privat atau humas penguasa dengan brosur brosur penuh harapan dan impian,jurnalis publik yaitu jurnalis yang terus dan terusmenerus mencerdaskan kehidupan bangsa,memerangi kebodohan,kemiskinan,dan ketidak adilan,bukan mengedarkan jenis kebodohan dangkal dan semacamnya dengan keberpihakan dan tidak seimbang dalam menyajikan sebuah informasi, lebih lebih menutup dan mengubur informasi publik yang secara jelas fakta adanya kegiatan acara reuni Akbar 212 yang sangat monumental.

Diera tekhnologi informasi dan keterbukaan informasi publik, Pers nasional yang seharusnya menjadi pionir dan garda terdepan didalam menyajikan dan menyampaikan suara rakyat justru hal ini sebagian masyarakat telah mengabil peran Pers itu sendiri,sebagai cityzen journalist yang memiliki insting dan intuisi kepekaan terhadap apa yang terjadi direpublik ini,Dalam konteks demokrasi, tentunya tidak dibenarkan pihak pihak mendiskriminasi maupun mengkriminalisasi terhadap poksi jurnalis apalagi patut diduga adanya intervensi secara massif dan systemik untuk membungkam para kuli tinta yang tidak punya nyali dan keberanian oleh penguasa dan pengusahanya.

Hal itu dikatakan Ozzy Sulaiman Sudiro Sekjen Majelis Pers dan juga Ketua Umum KWRI sekaligus pelaku sejarah perjuangan Kebebasan Pers Indonesia 98.

Dikatakan Ozzy, sungguh sangat memperihatinkan Wajah Pers Nasional kita saat ini,diera kemerdekaan Pers,justru banyak umat Pers dengan sengaja telah meninggalkan kemerdekaannya,netralitas harga diri dengan menggadaikan idelismenya menjadi alat komoditas politik tertentu, itu adalah penghinatan nurani dan lebih tepat mendapat penghargaan A WORD sebagai pelacur profesi.

Kita tidak bisa pungkiri karna fenomenanya Pers Nasional kita didominasi penguasa dan pengusaha Pers yang juga para kapitalis dan politikus,jelas sudah terjadi kepentingan diatas kepentingan pribadi,golongan dan kroninya saja, hal ini akan berdampak preseden buruk dan berpotensi membunuh demokrasi yang sehat dan bermartabat.

Ozzy berpendapat, Aksi reuni akbar 212,adalah sebuah kegiatan fenomenal sekaligus menjadi monumntal yang menjadi catatan sejarah bagi bangsa indonesia,sebagai simbol gerakan umat dengan nuansa kebthinan yang sama yang mengais keadilan,namun sungguh sangat disayangkan media media komperdor,mainstream tidak menyiarkannya bahkan menutup mata dari fakta aksi 212 tersebut yang penuh damai dan bermartabat.namun patut kita memberi apresiasi penghargaan setingi tingginya dan patut diberi label kepada TV One sebagai TV Rakyat.bukan memang beda tapi juga berbeda diantara yang beda bukan diantara yang sama.

Ozzy menilai “disinilah kecerdasan masyarakat dan pers Indonesia diuji oleh Aksi reuni akbar 212 Yang di adakan di Tugu Monas merupakan Momentum dan fakta yang sangat luar biasa bagi umat islam indonesia tentunya, bahkan diikuti dari berbagai umat non muslim yang hadir dan membaur sebagai bentuk perwujudan persatuan dan kesatuan bangsa indonesia bahkan duniapun mengakuinya.”Itu artinya menepis anggapan miring dan stigmatisasi bagi umat islam yang selama ini dianggap tidak toleran,pancasilais dan anti NKRI.. pembuktian terbalik namun secara faktual telah terjadi, jutaan masyarakat Indonesia berkumpul di Monas yang penuh damai dan bermartabat”Jelas Ozzy.

Tambah Ozzy, Media Media International menyoroti pristiwa reuni alumni Akbar 212, bahkan sebagai Headline kerena mampu mengumpulkan umat islam dari berbagai penjuru dengan jumlah yang cukup besar.
“Tentunya momen tersebut layak dan patut dijadikan contoh untuk Negara Negara lain. Bahwa islam diindonesia adalah “Rohmatan Lil alamin” yaitu islam yang cinta damai sangat menghoramati dan menghargai sesama umat. singkat Ozzy.

Memang tidak dipungkiri, fase Politik 2019 dengan suhu panasnya yang seharusnya membuat otak jadi lumer bukan membeku,disini kecerdasan kita diuji sebagai umat Pers. Berbagai kepentingan masuk termasuk para umat Pers sulit dan dilematis apalagi terancam Polisi dapur,jadi antara idealisme dan prghmatisme yang sulit terelakan di tahun politik.yang seharusnya Pers berpolitrik bukan berpoltik.

Kalo media saja sudah terkotak kotak seperti baju kotak jangan harap bangsa ini bersatu, karna pers yang diemban sebagai alat pemersatu bangsa bukan mengkotak kotakan yang ngga punya otak”Tentunya hal ini akan memicu distabilitas,disintegrasi bangsa, jika Pers yang masih sadar atau dengan tujuan yang sadar maka segera kembali kejalan yang benar sebelum jatuh strook dan jantung berdebur-debur karna tidak nyenyak tidur atau tidur selamanya bangun bangun tinggal nulis berita alam kubur..

Comments

comments