Skenario HOAX Jaman Now

Penulis : Redaksi

Berantas.co.id, Jakarta – Konspirasi politik dan masuknya informasi digital di era sekarang bukan berarti harus membenturkan informasi yang menggali fakta, investigasi sesuai realita dilapangan.

Bersumber pada kelengkapan data dan narasumber yang mungkin tidak dimunculkan (merahasiakan sumber adalah HAK jurnalis) telah dianggap Hoax oleh sebagian orang dan di jadikan klause kepentingan politik untuk menafsirkan pencemaran nama baik.

Tentunya hal ini menjadi diskursus dan polemik yang harus diluruskan. UU ITE teramat extreme dalam unsur pencemaran nama baik di dunia digital, begitu mudahnya media di ranah pidanakan atas pemberitaannya, seakan akan UU Pers tidak berfungsi dan mandul.

Untuk itu, perlu kiranya peremasan dan pengkajian secara multi hukum terkait adanya dualiisme Undang Undang tersebut.

Wartawan adalah profesi mulia sebagai kontrol sosial dan informasi publik untuk mengkarter segala bentuk peristiwa. Hal tersebut tentunya sudah menjadi konsumsi publik di dunia.

Di Indonesia diyakini unsur politik dan skenario hukum dimentahkan melalui berbagai peraturan dewan pers (DP), bahkan secara fulgar, permainan konspirasi ini terus dikembangkan dan dijadikan bola panas.

Tercuatnya media maenstrem dan non- maenstrem dengan terpojoknya para pencari berita semakin dilematis.

Hal serupa dalam penyajian Uji Kopentensi Wartawan (UKW) yang dilakukan dewan pers dengan menunjuk 3 organisasi kewartawanan saja, dianggap telah menciderai UU pers.

Money politik dan diskriminasi dalam perkembangan Pers di Indonesia sudah sangat kental terlihat.

Untaian kata HOAX semakin digemari publik dalam konteks setiap pemberitaan media yang tidak sesuai dengan rilis dianggap sebagai pencemaran nama baik dan penyampaian berita bohong.

Bicara HOAX tentunya tidak terlepas dari salah satu bentuk diskriminasi yang dengan sengaja digelontorkan oleh dewan pers dan sejumlah orang orang yang memiliki kepentingan politik.

Sebagai pers yang melahirkan komitmen dan konsistensinya, mari kita kembangkan konsentrasi dalam pengembangan media dan intelektual jurnalis dengan harapan menutup konspirasi HOAX untuk setiap pemberitaan di media massa.

Comments

comments